Minggu, 11 Juli 2010

REBT untuk Psikosomatis...


Gambar: http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/10/24/011746p.jpg
A. Psikosomatis
Psikosomatis disorder merupakan aneka keluhan fisik yang disebabkan oleh gangguan psikologis dan sosial, secara medis orang ini terganggu akan tetapi gangguan tersebut sebenarnya berasal dari pengaruh kondisi psikisnya. Mungkin tidak ada hubungan langsung, namun gejala tersebut nyata. Sekali dua kali, kita pasti pernah mengalaminya. Kondisi ini wajar bagi orang yang memiliki target, kebanggaan, percaya diri, dan aspek mental lainnya. Intinya, psikosomatis adalah kondisi yang wajar selama tidak ekstrim. Kondisi psikologis yang paling dominan menyebabkan penyakit-penyakit ini adalah stress yang artinya tekanan, penyakit stress adalah penyakit yang mengganggu kejiwaan seseorang karena tidak dapat mengatasi/menyalurkan dan mencari jalan keluar yang tepat, baik dan benar agar tekanan tersebut tidak mengganggu sistem saraf dan mengakibatkan depresi mental. Psikosomatis adalah reaksi badan atas suatu kondisi mental, sehingga bidang penanganan adalah mental. Psikosomatis ini biasanya ditandai dengan gejala depresi dan kecemasan. Perasaaan tertekan, cemas, kesepian dan kebosanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya. Jadi Psikosomatik dapat disebut sebagai penyakit gabungan, fisik dan mental, yang dalam bahasa Arab disebut nafsajasadiyyah atau nafsabiolojiyyah. Yang sakit sebenarnya jiwanya, tetapi menjelma dalam bentuk sakit fisik.
Sindroma psikosomatik mempunyai gejala fisik berupa; (1) penyakit salah satu sistem tubuh yang paling rentan bagi pasien, misalnya; asma (sistem respiratorius), neurodermatitis (sistem integumentum), ulkus peptikum (sistem digestivus), artritis rematik (sistem muskuloskeletal), PJK dan aritmia (sistem kardiovaskuler), dan migrain (sistem neurologik). Pada sindroma psikosomatik ini dijumpai pula (2) patologi organ (+) dan (3) mekanisme patofisiologik (+),hypertensi, gagal jantung, gagal ginjal, buta sementara, lumpuh sementara,. Gejala psikis berupa (1) munculnya gejala sistem tersebut berkaitan dengan waktu dan stimulus lingkungan yang secara psikologis bermakna bagi pasien dan (2) faktor psikologis tersebut bukan merupakan gangguan mental yang spesifik. Contoh gejala lain seperti paranoid (ketakutan yang berlebihan), berhalusinasi/shizoprane, berbuat asosial dan anarkis sampai bisa melakukan bunuh diri.


B. Pendekatan Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi yang dapat digunakan dalam menangani kasus gangguan psikosomatis adalah pendekatan psikoterapi Rational Emotif Behavior Therapy (REBT). Dimana penderita memiliki masalah yang terletak pada ranah ketidak sadarannya, penderita memiliki pemikiran-pemikiran, ketakutan-ketakutan, kecemasan yang irrasional terhadap masalah yang sedang dihadapinya, serta penderita psikosomatis ini tidak memiliki dan tidak dapat mengatasi/menyalurkan dan mencari jalan keluar yang tepat, baik dan benar terhadap masalahnya, agar masalah tersebut selanjutnya tidak menjadi tekanan yang dapat mengganggu sistem saraf dan mengakibatkan depresi mental.Jadi klien perlu dibantu menemukan akar masalahnya jauh di pikiran bawah sadarnya. Seringkali apa yang tampaknya menjadi masalah, menurut pikiran sadar, ternyata berbeda dengan yang dinyatakan oleh pikiran bawah sadar. Sehingga dengan menggunakan pendekatan psikoterapi REBT ini, seseorang dapat diarahkan untuk belajar memandang dengan cara yang lebih realistik, melalui latihan, serta membuat orang lain menjadi bagian dari dirinya, seseorang akan mengalami penerimaan diri yang lebih besar dan merasa lebih puas dalam hidupnya dengan cara mengembangkan perspektif berbasis kenyataan. Sehingga dengan demikian, tugas terapis adalah membantu memodifikasi filosofi yang dimiliki oleh klien.
Dalam pendekatan psikoterapi REBT,tidak terdapat teknik-teknik khusus yang harus digunakan oleh tertapis, akan tetapi pada intinya diharapkan terapis dapat membantu penderita membawa dan mengarahkan pemikiran irrasionalnya kepada pemikiran dan kondisi yang akhirnya mengarah pada perilaku yang lebih produktif sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi gangguan psikosomatis yang merugikan yang dialami oleh penderita. Menunjukkan kepada klien bahwa ketakutannya menghadapi masa depan sendirian tanpa sosok sang pacar yang memang dianggapnya wanita yang kuat, tegar, dan pandai, merupakan keyakinan yang irasional yang selama ini mempengaruhi pemikirannya, menujukkan bagaimana klien mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikapnya yaitu membuat klien mengetahui bagaimana sikap-sikap atau keyakinan yang lebih baik seharusnya ia gunakan dalam memandang permasalahan dan dalam menempatkan posisinya dalam hubungan yang ia jalin dengan sang pacar, dan menunjukkan secara kognitif bahwa klien telah memasukkan banyak “keharusan”, “sebaiknya”, dan “semestinya dalam memikirkan jalannya hubungan dengan kekasih.
Selain menggunakan pendekatan terapi diatas, penyembuhan seseorang akibat gangguan psikosomatik ini juga dapat dilakukan dengan menganjurkan pola hidup yang baik, olah raga, menyalurkan hobi, dan yang juga sangat penting adalah meningkatkan ibadah. Dengan peningkatan motivasi beribadah dan sikap beribadah, maka pasien akan memperkuat mental dan psikisnya , dan mendapat ketenangan.
Gangguan psikosomatik tidak terlepas dari berbagai stresor psikososial dimana setiap keadaan atau peristiwa menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga ia harus belajar menyesuaikan diri, mempersiapkan, serta menanggulangi segala perubahan yang timbul. Lain dari pada itu, penderita juga diharapkan untuk lebih memperluas pergaulan dengan lingkungan sekitar dan mulai belajar untuk lebih membuka diri terhadap lingkungan sosial sehingga untuk kehidupan lebih lanjut, penderita akan bisa mendapatkan manfaat dari hal tersebut, yaitu dengan cara bertukar pendapat dengan orang-orang yang ada disekitar lingkungan sosialnya, sehingga ia dapat menyaring pemikiran yang akan menjadi filosofi hidupnya.

B. Rancangan Intervensi
REBT merupakan sistem pengobatan baik teori dan praktek yang digunakan untuk membangun kolaborasi aliansi terapeutik. REBT digunakan untuk mengajarkan klien penderita psikosomatis mengenai bagaimana asumsi dan belief mengenai “seHARUSnya” sering kali tidak perlu mengganggu diri klien sendiri, bagaimana cara un-upset diri mereka dan kemudian bagaimana cara menguasakan diri mereka untuk memimpin lebih bahagia dan lebih memenuhi hidup. Dengan REBT, terapis dapat memahami kekhawatiran klien dari titik acuan dan bekerja sebagai fasilitator, guru dan penyemangat. Selain itu, melalui pendekatan psikoterapi REBT, Klien dibawa untuk menyadari dan mengakui adanya masalah dan mengidentifikasi setiap 'meta gangguan' tentang masalah itu (yakni, masalah tentang masalah ini, seperti rasa bersalah tentang sedang tertekan), menyadarkan klien bahwa sakit yang selama ini sering diderita olehnya bukanlah murni pengaruh kondisi fisik semata, akan tetapi terdapat andil dari factor psikisnya juga. Sehingga dengan demikian, klien kemudian mengidentifikasi kepercayaan yang irasional yang sebenarnya menyebabkan masalah dan memahami mengapa ini irrasional dan mengapa pilihan yang rasional lebih baik. Serta terapis menunjukkan verbalisasi-verbalisasi diri klien terhadap apa yang ia idealkan bersama pasangannya merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami olehnya dan berpengaruh pada system sarafnya. Selanjutnya, klien menghadapi tantangan kepercayaan mereka yang tidak logis yang akhirnya dapat menjadi pemicu atas ,kemudian mengarahkan kerja kognitif, perilaku, emosi mereka untuk memperkuat keyakinan dalam rasional alternative, yaitu bahwa klien mengubah keyakinannya yang tidak dapat hidup dengan lebih baik tanpa sang pasangan mendampinginya sampai klien berpikir bahwa ia juga orang yang berharga dan bias menyelesaikan sesuatu secara mandiri jika ia mau. Disini peran terapis selanjutnya yaitu memberikan tugas-tugas yang sebelumnya diputuskan melalui kesepakatan dengan klien mengenai sejauh mana perubahan klien dalam suatu waktu tertentu hendaknya mengalami perkembangan. Dan disini, tugas klien untuk belajar menerapkan secara konsisten mengenai kesepakatan yang telah dibuatnya bersama terapis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar